Punya Potensi Menjanjikan, Kenali Apa Itu Saham Undervalued dan Karakteristiknya
Dalam kondisi normal, saham umumnya memiliki harga yang setara dan tidak jauh berbeda dengan kinerja perusahaan yang menerbitkannya. Tapi, dalam kondisi tertentu, tidak jarang harga saham dianggap tidak sesuai dengan harga sebenarnya berdasarkan penilaian dari sejumlah indikasi tertentu. Jika nilainya lebih rendah dibanding yang seharusnya, saham bisa dianggap sedang mengalami kondisi undervalued.
Pada saham dengan kondisi ini, investor tentu perlu menyikapinya dengan tepat agar mampu memanfaatkan momen tersebut dengan sebaik mungkin. Pasalnya, walaupun secara umum harga saham menurun karena diremehkan, potensi dari saham undervalued untuk meningkatkan nilainya terbilang tinggi.
Lantas, seperti apa sih sebenarnya maksud dari saham undervalued ini? Juga, apa saja karakteristik dan penyebab sebuah saham termasuk ke dalam kategori undervalued? Nah, jika kamu tertarik untuk memahami lebih lanjut tentang pengertian saham undervalued, penyebab, hingga karakteristiknya, simak penjelasan berikut ini.
Definisi Saham Undervalued
Pada dasarnya, undervalued adalah istilah finansial yang merujuk pada sekuritas atau jenis instrumen investasi lain yang dijual pada pasar dengan harga yang dianggap lebih rendah dibanding nilai intrinsik yang sebenarnya. Nilai intrinsik perusahaan sendiri adalah nilai sekarang dari arus kas bebas yang diperkirakan akan diperoleh perusahaan.
Sebuah saham yang nilainya lebih rendah atau undervalued bisa diketahui dengan melihat laporan keuangan dari perusahaan yang mendasarinya. Selain itu, saham undervalued juga bisa diketahui melalui analisis fundamental perusahaan, contohnya arus kas, ROA atau return of asset, keuntungan yang diperoleh, serta manajemen modal untuk memperkirakan nilai intrinsik saham.
Membeli saham yang berada di kondisi undervalued adalah kunci penting yang banyak diterapkan pada strategi investasi para investor ternama dunia. Langkah ini juga dilakukan oleh Warren Buffet melalui strategi value investing miliknya.
Value investing sendiri adalah strategi yang telah terbukti mampu memberi hasil investasi yang menjanjikan. Walaupun begitu, tidak ada jaminan terkait kapan dan apakah sebuah saham yang dianggap undervalued akan mengalami kenaikan harga di kemudian hari. Selain itu, tidak ada cara yang akurat untuk mengetahui nilai intrinsik sebuah saham, sehingga bisa dibilang termasuk sebagai aktivitas menebak dengan dasar pertimbangan yang secara umum jelas.
Ketika seseorang menganggap jika sebuah saham undervalued, hal yang disampaikannya secara umum merujuk jika saham tersebut sebenarnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding harga pasarnya saat ini. Tapi, pernyataan tersebut umumnya dijelaskan secara subjektif dan bisa saja didasarkan dari argumen yang rasional atau tidak dari sudut pandang fundamental bisnis.
Saham undervalued dipercaya memiliki harga yang lebih rendah berdasarkan dari indikasi saat ini, misalnya indikasi yang digunakan pada model valuasi. Bahkan, sebuah saham yang dinilai harganya lebih rendah ketimbang rerata industri bisa dianggap undervalued. Pada kondisi tersebut, value investor mungkin berfokus untuk mendapatkan sekuritas tersebut sebagai metode untuk menarik imbal hasil yang sepadan dengan harga dasar yang lebih rendah.
Dalam kata lain, saham dianggap undervalued atau sebaliknya pada dasarnya hanyalah berdasarkan dari interpretasi investor saja. Jika model valuasi tidak akurat atau diterapkan dengan cara yang salah, interpretasi tersebut bisa saja salah dan sebenarnya saham telah dinilai dengan tepat atau memiliki nilai yang wajar.
Baca Juga: Apa Itu Sideway Market? Fenomena Trading Saham yang Harus Tepat Diantisipasi agar Tak Merugi
Penyebab Saham Dianggap Undervalued
Setelah memahami pengertiannya, kamu tentu penasaran apa faktor yang menyebabkan sebuah saham dianggap undervalued atau diremehkan. Secara umum, terdapat 4 faktor utama yang menyebabkan saham tergolong undervalued, antara lain:
1. Berasal dari Perusahaan yang Kurang Terkenal
Ketika menentukan saham yang ingin dibelinya, sering kali investor lebih tertarik pada saham yang diterbitkan oleh perusahaan terkenal dan memiliki rekam jejak bisnis yang jelas. Hal ini membuat saham dari perusahaan yang kurang populer dianggap kurang menarik untuk dibeli dan memicu anggapan undervalued. Padahal, bisa saja perusahaan dengan popularitas yang rendah berpeluang memiliki kinerja yang apik dan membuat nilai sahamnya meroket di waktu mendatang.
2. Akibat Kondisi Makroekonomi
Hal lain yang menjadi penyebab anggapan undervalued pada sebuah saham adalah kondisi makro ekonomi seperti kebijakan pemerintah yang bisa mempengaruhi nilai sebuah saham. Akibat kebijakan pemerintah ini, bukan tidak mungkin akan muncul perubahan sentimen pada pasar dan turut berdampak pada harga saham sebuah perusahaan. Sebaliknya, jika terjadi kondisi positif pada ekonomi global serta muncul kebijakan yang mendorong suatu industri, hal tersebut bisa saja mendorong harga saham perusahaan.
3. Adanya Sentimen Permintaan Jasa dan Barang
Selain itu, penurunan tingkat permintaan atas produk maupun layanan dari sebuah perusahaan juga bisa menjadi pemicu dari penurunan harga sahamnya. Karena adanya sentimen ini, tidak sedikit investor pasti menganggap jika geliat bisnis dari perusahaan yang produknya mengalami penurunan permintaan kurang menarik. Sehingga, nilai sahamnya juga akan menurun dan menyebabkan kondisi undervalued.
4. Imbas dari Kondisi Internal Perusahaan Penerbit
Penyebab terakhir dari saham undervalued adalah adanya masalah pada kondisi internal dari perusahaan. Misalnya, jika ada kabar petinggi perusahaan yang terseret kasus tertentu, tidak jarang hal tersebut akan membuat minat investor terhadap sahamnya menurun. Hal ini tetap bisa terjadi walaupun tata pengelolaan atau geliat bisnis perusahaannya tengah bagus sekalipun.
Karakteristik Saham Undervalued
Selain faktor penyebabnya diatas, saham undervalued sebenarnya bisa dicermati dengan ciri atau karakteristik sebagai berikut.
Karakteristik Saham Undervalued | Keterangan |
Laba atau Pendapatan Stabil |
Ketika perusahaan memiliki penghasilan yang cenderung stabil tapi harga sahamnya rendah, bisa dipastikan jika saham tersebut tergolong undervalued. Tapi, ciri ini perlu dilihat dalam waktu beberapa tahun belakangan untuk memastikannya. |
Pengaruh Teknologi Minim |
Karakteristik lainnya adalah saham undervalued biasanya dimiliki oleh perusahaan dengan bisnis yang tak terlalu bergantung dengan teknologi dan membuat harganya fluktuatif. |
Tak Terlibat dengan Skandal Keuangan |
Selain itu, perusahaan yang tidak terlibat pada skandal keuangan juga memiliki nilai saham yang sebenarnya menjanjikan. |
P/E Ratio Tergolong Rendah |
Jika dianalisis melalui rasio P/E atau Price to Earning perusahaan mendapat nilai yang rendah, investor bisa mendapatkan potensi keuntungan atau capital gain ketika membeli sahamnya di harga rendah. |
Nilai Kapitalisasi Pasarnya Kecil |
Saham undervalued juga biasanya memiliki nilai kapitalisasi yang rendah dibanding total aset yang dimilikinya. |
Laba Bertumbuh |
Dengan pendapatan atau laba yang terus meningkat, perusahaan dengan saham rendah memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan nilainya seiring waktu. |
Penilaian Lembaga Pemeringkat Tinggi |
Selain itu, saham undervalued juga biasanya mampu mendapat peringkat yang tinggi dari Lembaga Pemeringkat karena hasil analisis yang dilakukan lembaga tersebut. |
Tak Rentan Terkena Resesi |
Terakhir, perusahaan dengan saham undervalued umumnya tetap mampu bertahan meski dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil atau resesi sekalipun. |
Memanfaatkan Saham Undervalued dengan Value Investing
Sempat dibahas sedikit sebelumnya jika saham undervalued identik dengan strategi value investing. Pada dasarnya, value investing adalah strategi investasi yang dilakukan dengan mencari saham undervalued di bursa dengan tujuan untuk membeli atau menginvestasikannya. Karena aset tersebut bisa didapat dengan harga yang relatif murah, investor berharap mampu meningkatkan peluang mendapat imbal hasil dari capital gain.
Selain itu, strategi investasi ini juga dilakukan untuk menghindari pembelian saham yang dianggap overvalued yang berisiko memberi kerugian atau keuntungan yang minimal bagi investor. Karenanya, strategi investasi value investing ini dianjurkan oleh investor ternama dunia seperti Warren Buffet.
Baca Juga: Memahami Pengertian E-IPO Saham, Manfaat, dan Berbagai Istilah Penting Seputarnya
Beda Value Investing dengan Values-Based Investing
Perlu dipahami jika value investing pada saham undervalued memiliki perbedaan dengan strategi values-based investing. Pada investasi values-based, strategi tersebut dilakukan dengan membeli saham perusahaan berdasarkan dari nilai personal investor. Hal ini tentu berbeda dengan value investing yang mencari saham dengan harga lebih rendah dari nilai intrinsiknya.
Pada strategi investasi values-based, investor akan memilih saham untuk dibelinya berdasarkan dengan keyakinan atau pandangan pribadinya, tak peduli indikasi pasar menunjukkan tanda yang tak menguntungkan sekalipun. Contohnya, investor dengan strategi investasi values-based yang mengecam pencemaran lingkungan tak akan membeli saham perusahaan dari sektor batu bara. Kondisi ini mengacu pada metode investasi yang lebih mengutamakan sektor atau produk yang sejalan dengan nilai yang diyakini oleh investor.
Mengoleksi Saham Undervalued Bisa Jadi Cara Mengoptimalkan Imbal Hasil Investasi
Intinya, undervalued adalah istilah yang mengacu pada kondisi di mana harga saham dianggap lebih rendah dibanding dengan nilai intrinsik perusahaan sebenarnya. Hal tersebut mengindikasikan jika nilai saham undervalued berpotensi besar untuk berkembang seiring waktu. Jadi, mengoleksi saham jenis ini bisa menjadi cara optimal untuk meraih imbal hasil tinggi saat investasi.
Baca Juga: Kenali Lebih Dekat Apa Itu Saham Syariah, Aturan, Jenis, dan Sederet Keuntungannya