Mudah Ditularkan, Ini Bahaya Penyakit Kusta, Gejala, dan Penyebabnya
Penyakit kulit adalah salah satu masalah kesehatan yang sangat mengganggu penderitanya. Selain gejala yang ditimbulkan terasa tidak nyaman dan bisa mengganggu aktivitas, tidak sedikit penyakit kulit dapat ditularkan dengan mudah. Penyakit yang menyerang organ terluar tubuh ini perlu diantisipasi dan diobati dengan cara yang tepat.
Salah satu jenis penyakit kulit yang harus diwaspadai adalah kusta atau leprosy. Menyerang jaringan kulit, saluran pernapasan, sampai saraf tepi, penyakit kusta terjadi karena infeksi bakteri yang disebut Mycobacterium leprae. Penularan penyakit ini bisa dibilang sangat rentan melalui ludah yang dipercikkan penderitanya saat batuk maupun bersin.
Di Indonesia, penyakit kusta bisa dibilang cukup umum diderita oleh masyarakat, bahkan tergolong tinggi. Nah, untuk mengetahui selengkapnya tentang penyakit kusta, termasuk penyebab, jenis, gejala, hingga cara diagnosa dan pengobatannya, simak penjelasan berikut ini.
Tentang Penyakit Kusta
Penyakit Kusta
Kusta, bisa disebut lepra atau leprosy, adalah penyakit kulit yang diakibatkan infeksi bakteri kronis. Masalah kulit ini sering kali ditunjukkan dengan gejala mati rasa di kaki dan tungkai, serta muncul lesi di kulit. Penularan penyakit kusta bisa terjadi via percikan ludah dari penderitanya saat bersin atau batuk.
Perlu dipahami jika penyakit kusta terbilang umum diderita oleh masyarakat Indonesia. Bahkan, tingkat penderita penyakit ini di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia. Hal ini dibuktikan dari data WHO di tahun 2020 di mana jumlah kasus penderita kusta mencapai 8 persen di Indonesia dan menduduki peringkat 3 terbesar dunia.
Meski tingkat penularannya yang tinggi, tapi penyakit kusta tergolong mudah untuk ditangani serta jarang sekali memicu kematian pada penderitanya. Walaupun begitu, infeksi bakteri yang terlalu parah bisa memicu kecacatan pada penderita penyakit ini.
Penyebab Kusta
Penyakit kusta adalah masalah kulit yang dipicu infeksi bakteri bernama Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut bisa dengan mudah ditularkan melalui droplet penderitanya, seperti air liur yang dipercikkan saat bersin atau batuk.
Sebelum menunjukkan gejala penyakit, bakteri ini memerlukan waktu dalam berkembang biak di dalam tubuh. Juga, kusta membutuhkan kontak selama beberapa waktu agar bisa ditularkan dan memicu infeksi. Jika sekadar bersalaman atau melakukan kontak fisik ringan dengan penderitanya, kamu tidak akan langsung tertular penyakit ini.
Di samping itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko tertular penyakit ini, antara lain:
- Penurunan sistem imun tubuh.
- Mengunjungi tempat endemik kusta.
- Menyentuh hewan yang bisa menularkan bakteri leprae.
Jenis Penyakit Kusta
Tergantung dari tingkat keparahannya, penyakit kusta bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
-
Lepromatous Leprosy
Penyakit ini ditandai lesi yang tersebar secara simetris dan mengandung banyak bakteri. Gejala lainnya adalah penderita mengalami rambut otot, gangguan saraf, dan kelemahan otot.
-
Borderline Lepromatous Leprosy
Untuk jenis ini ditandai dengan munculnya lesi berjumlah banyak serta berbentuk benjolan atau datar. Umumnya, penderita kusta jenis ini juga mengalami masalah mati rasa.
-
Mid Borderline Leprosy
Penderita penyakit ini merasakan gejala lesi kemerahan dan menyebar tak simetris serta acak. Penderita juga sering kali mengalami mati rasa serta pembengkakan pada kelenjar getah bening sekitar infeksi kusta.
-
Tuberculoid Leprosy
Jenis kusta ini ditandai dengan munculnya lesi datar dengan ukuran besar, dan disertai mati rasa dan pembesaran saraf.
-
Borderline Tuberculoid Leprosy
Gejala kusta ini adalah munculnya lesi ukuran kecil, tapi jumlahnya lebih banyak dibanding jenis leprosy lain.
-
Intermediate Leprosy
Intermediate leprosy muncul dengan gejala lesi datar berwarna pucat pada kulit. Jika sistem kekebalan penderitanya bagus, penyakit kusta ini bisa disembuhkan dengan sendirinya.
Gejala Kusta
Perlu dipahami jika bakteri penyebab kusta membutuhkan waktu agar bisa berkembang biak. Hal tersebut membuat gejala penyakit ini tidak terlalu tampak jelas pada masa awal penularannya. Bahkan, gejala kusta bisa muncul setelah beberapa tahun diidap oleh penderitanya.
Walaupun begitu, berikut beberapa gejala umum yang dirasakan oleh seseorang yang menderita kusta.
- Anhidrosis atau kulit tak mengeluarkan keringat.
- Luka di telapak kaki tak terasa nyeri.
- Kulit mati rasa, dan kehilangan kemampuan dalam merasakan sentuhan, suhu, tekanan, maupun rasa nyeri.
- Kulit lebih kaku dan kering.
- Pembesaran saraf, khususnya di area sikut dan lutut.
- Bulu mata dan alis rontok permanen.
- Mimisan.
- Muncul bercak berwarna pucat atau lebih terang dibanding area kulit sekitarnya.
- Muncul bengkak atau benjolan di telinga atau wajah.
- Otot tangan dan kaki melemah.
- Jarang berkedip dan mata mudah kering.
Cara Diagnosis Penyakit Kusta
Untuk mendiagnosis pasien kusta, biasanya dokter akan memulainya dengan menanyakan gejala ataupun keluhan pasien. Lalu, jika menunjukkan gejala kusta, dokter akan memeriksa kulit dan mengamati munculnya lesi.
Kemudian, dokter akan mengambil sampel dari kulit melalui skin smear atau dikerok, dan menganalisisnya di laboratorium. Jika terlihat ada infeksi bakteri kusta, maka hasil diagnosis bisa segera diketahui.
Jika infeksi penyakit ini cukup parah, dokter akan menjalani pemeriksaan lanjutan guna mendeteksi penyebaran bakterinya. Pemeriksaan pendukung ini bisa mencakup:
- Hitung darah lengkap.
- Tes kreatinin.
- Pemeriksaan fungsi liver atau hati.
- Biopsi saraf.
Penanganan lebih lanjut akan dilakukan tergantung dari hasil pemeriksaan pendukung yang dilakukan oleh dokter.
Metode Pengobatan Penyakit Kusta
Cara mengobati penyakit kusta bisa dilakukan dengan pemberian antibiotik. Pasien kusta bisa mengonsumsi obat tersebut selama 1 sampai 2 tahun. Terkait dengan durasi dan dosis yang diberikan tentu disesuaikan dengan jenis penyakit kusta yang diidap sehingga perlu melakukan pemeriksaan oleh dokter terlebih dulu.
Untuk di Indonesia, pengobatan kusta paling umum adalah menggunakan metode multidrugs therapy atau MDT. Metode ini dilakukan dengan proses pengobatan yang mengombinasikan 2 antibiotik maupun lebih.
Jika dibutuhkan penanganan lebih lanjut, penderita kusta juga bisa melakukan operasi untuk mengembalikan fungsi bagian tubuh, menormalkan saraf yang telah rusak, serta memperbaiki bagian tubuh yang cacat. Tentunya, keputusan operasi ini harus mendapatkan pengawasan dan masukan dari dokter, serta keputusan dari pasien sendiri terkait perlu atau tidaknya untuk dilakukan.
Di samping itu, penanganan penyakit kusta juga perlu dilakukan segera untuk mencegah risiko terjadinya komplikasi yang malah bisa memicu masalah kesehatan lain yang lebih parah.
Langsung Obati saat Tahu Gejalanya agar Penyakit Kusta Tak Memicu Komplikasi Berbahaya
Sebagai salah satu jenis penyakit kulit dengan gejala yang sangat mengganggu dan rentan dialami masyarakat Indonesia, penyakit kusta perlu ditangani dengan tepat dan segera. Ketika mengetahui gejalanya, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar penanganan lebih lanjut bisa langsung dilakukan. Dengan begitu, risiko komplikasi bisa dihindari dan penyakit kusta tak sampai memicu masalah kesehatan lain yang lebih berbahaya.