Prednison: Deskripsi, Manfaat, hingga Efek Sampingnya
Peradangan merupakan respons alami tubuh saat mengalami cedera atau penyakit tertentu. Dalam beberapa kasus, peradangan juga bisa menjadi salah satu mekanisme tubuh yang mampu membantu proses penyembuhan luka.
Hanya saja, munculnya peradangan ini sering kali menimbulkan rasa nyeri atau tidak nyaman pada penderitanya. Oleh karena itu, langkah pengobatan yang tepat perlu dilakukan untuk menangani masalah tersebut. Salah satu jenis obat yang biasa diresepkan untuk mengatasi peradangan adalah prednison.
Pada dasarnya, prednison memiliki manfaat untuk mengobati peradangan dan juga gangguan kesehatan lain, seperti, penyakit autoimun, penyakit kulit, dan lain sebagainya. Namun, penggunaan obat ini harus disesuaikan dengan anjuran dokter agar mampu memberi manfaat yang optimal. Nah, agar mengetahui lebih lanjut cara tepat menggunakan obat ini, simak penjelasan mengenai deskripsi obat prednison, dosis, cara pakai, hingga efek sampingnya berikut ini.
Baca Juga: Lupus, Penyakit Autoimun yang Sulit Disembuhkan
Apa Itu Prednison?
Prednison Tablet
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, prednison merupakan obat yang berguna untuk menangani peradangan. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi respons tubuh terhadap munculnya peradangan tersebut sehingga rasa sakit atau nyeri yang ditimbulkan bisa berkurang, bahkan dihilangkan.
Karena masuk ke dalam golongan obat resep dengan kategori kortikosteroid, pemakaian prednison harus dikonsultasikan dulu dengan dokter. Penggunaan obat ini boleh dilakukan oleh orang dewasa maupun anak-anak. Hanya saja, aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pasti tidak akan sama, bergantung pada jenis penyakit serta usia pengguna.
Bagi ibu hamil, prednison masuk dalam kategori C, dan kategori D untuk jenis tablet lepas tunda. Artinya, penggunaan obat ini bisa memicu risiko efek samping pada janin, dan hanya boleh digunakan jika manfaat yang diberikan lebih besar ketimbang risikonya.
Sementara untuk ibu menyusui, penggunaan obat ini bisa membuat kandungan di dalamnya terserap ASI. Oleh karena itu, sebelum mengonsumsi prednison, pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter guna mengantisipasi risiko terjadinya efek samping tidak diinginkan di kemudian hari.
Obat ini biasanya tersedia dalam bentuk kaplet dan tablet. Beberapa contoh merek dagang dari obat ini, antara lain, Remacort, Flitez 5, Eltazon, Ifison, Lexacort, Inflason, Pehacort, Trifacort, dan Prednison.
Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Konsumsi Prednison
Ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan saat akan menggunakan obat ini. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah peringatan sebelum mengonsumsi prednison tablet / kaplet.
- Jangan mengonsumsi obat ini jika memiliki riwayat alergi dengan obat golongan kortikosteroid.
- Informasikan pada dokter jika sedang atau pernah menderita penyakit gagal jantung, penyakit ginjal, tiroid, penyakit hati, atau penyakit infeksi.
- Informasikan pada dokter jika pernah mengalami radang usus, divertikulitis, atau tukak lambung.
- Informasikan pada dokter jika sedang atau pernah menderita gangguan hipertensi, myasthenia gravis, diabetes, atau osteoporosis.
- Informasikan pada dokter terkait penggunaan obat ini sebelum melakukan vaksinasi.
- Informasikan pada dokter jika sedang mengonsumsi obat lain termasuk suplemen atau obat herbal sebelum menggunakan obat ini.
- Informasikan pada dokter jika sedang hamil, berencana mengambil program kehamilan, atau menyusui sebelum menggunakan obat ini.
- Segera periksakan diri pada dokter jika muncul gejala alergi obat maupun overdosis pasca menggunakan obat ini.
Baca Juga: Ini Manfaat Obat Fluoxetine dan Cara Penggunaannya
Aturan Pakai dan Dosis Prednison
Aturan pakai dan dosis prednison ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi kesehatan pasien. Secara umum, berikut adalah dosis penggunaan prednison sesuai masalah kesehatan yang ingin di atas.
Masalah Kesehatan |
Usia |
Dosis dan Aturan Pakai |
---|---|---|
Menangani Alergi |
Dewasa |
5 sampai 60 miligram, dengan durasi dan dosis pemeliharaan yang disesuaikan dengan respons kondisi pasien. |
Asma |
Dewasa |
40 sampai 60 miligram dengan durasi 3 sampai 10 hari. |
Anak-anak (0 sampai 11 tahun) |
1 sampai 2 miligram per kgBB sehari selama 3 sampai 10 hari, dengan dosis maksimal harian 60 miligram. |
|
Bursitis |
Dewasa |
5 sampai 60 miligram sehari, dengan durasi dan dosis pemeliharaan disesuaikan kondisi pasien. |
Multiple Sclerosis |
Dewasa |
200 miligram sehari selama satu minggu, lalu dilanjutkan dengan dosis 80 miligram tiap dua hari sekali selama 1 bulan. |
Rheumatoid Arthritis |
Dewasa |
10 miligram sehari dengan durasi yang disesuaikan kondisi pasien. |
ITP atau Idiopathic Thrombocytopenic Purpura |
Dewasa |
1 sampai 2 miligram per kgBB sehari, dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan di mana durasi penggunaannya disesuaikan dengan kondisi dan respons tubuh pasien. |
Pneumonia Akibat Pneumocystis (carinii) jirovecii |
Dewasa |
40 miligram 2 kali per hari selama lima hari. Lalu, dilanjutkan dengan dosis 40 miligram satu kali sehari selama lima hari. Jika peradangan belum mereda, dilanjutkan kembali dengan dosis 20 miligram selama 11 hari. |
Cara Tepat Mengonsumsi Prednison
Baca dan pahami petunjuk pemakaian yang tertera pada label kemasan serta anjuran dokter sebelum menggunakan obat ini. Jangan mengurangi atau menambah dosis atau durasi penggunaan obat tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu karena bisa memicu overdosis atau reaksi putus obat.
Usahakan untuk menggunakan obat ini bersama makanan maupun susu agar mencegah timbulnya nyeri lambung. Jika terlewat, segera minum obat ini apabila jeda jadwal minum selanjutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan minum obat di jadwal minum selanjutnya tanpa menggandakan dosis.
Simpan obat ini di tempat kering dan bersuhu sejuk. Letakkan pula obat ini di tempat yang tidak mudah dijangkau oleh anak-anak atau hewan peliharaan.
Interaksi Prednison saat Dikonsumsi Bersama Obat Lain
Penggunaan prednison tablet / kaplet bisa menimbulkan beberapa interaksi antar obat saat dikonsumsi bersamaan dengan obat lain, antara lain:
- Meningkatkan efektivitas obat ini saat dikonsumsi dengan preparat hormon estrogen seperti, pil KB.
- Menurunkan efektivitas obat ini saat dikonsumsi dengan rifampicin, barbiturates, phenytoin, atau bupropion.
- Meningkatkan risiko hipokalemia saat dikonsumsi dengan amphotericin B.
- Menurunkan kadar prednison di dalam darah saat digunakan dengan antasida.
- Meningkatkan efektivitas dari obat cyclophosphamide atau glikosida jantung.
- Menurunkan kadar praziquantel dalam darah.
- Menurunkan efektivitas dari obat antidiabetik.
- Menurunkan efektivitas somatropin.
- Meningkatkan pembuangan kalium dalam tubuh saat dikonsumsi bersama obat jenis laksatif.
- Meningkatkan risiko perdarahan lambung saat digunakan bersama obat jenis OAINS.
- Meningkatkan tekanan pada bola mata atau intraokuler saat dikonsumsi bersama obat golongan antikolinergik, misalnya, atropine.
- Meningkatkan risiko miopati atau gangguan otot saat digunakan dengan hydroxychloroquine.
- Menurunkan kemampuan tubuh dalam merespons vaksin hidup, misalnya vaksin MMR.
Efek Samping Prednison yang Perlu Diwaspadai
Ada sejumlah efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan obat ini, antara lain:
- Keringat berlebih.
- Mulas.
- Mual dan muntah.
- Jerawat.
- Nafsu makan menurun.
- Sulit tidur.
Jika kondisi di atas terus muncul bahkan semakin parah, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter. Lakukan hal serupa jika muncul gejala alergi obat, misalnya, ruam gatal pada kulit, bibir atau mata membengkak, serta kesulitan bernapas. Selain itu, pemeriksaan pada dokter juga perlu dilakukan jika muncul efek samping lebih serius, seperti:
- Jantung berdebar tidak beraturan atau aritmia.
- Kram otot.
- Berat badan meningkat drastis.
- Kelelahan tanpa sebab.
- Pembengkakan pada wajah dan tangan, atau tungkai.
- Nyeri pada perut yang terasa intens.
- Mudah memar.
Jangan Biarkan Peradangan Kian Parah dengan Menggunakan Obat Prednison
Itulah penjelasan mengenai deskripsi obat prednison, manfaat, dosis, cara penggunaan, interaksi antar obat, hingga efek sampingnya. Pada dasarnya, obat ini berguna untuk mengatasi masalah peradangan akibat alergi, penyakit otot atau persendian, penyakit autoimun, maupun penyakit kulit. Yang terpenting, guna meminimalkan risiko terjadinya interaksi antar obat dan juga efek samping, sesuaikan penggunaan obat ini dengan dosis yang diberikan oleh dokter dan hal yang harus diperhatikan.
Baca Juga: Oxytetracycline: Deskripsi, Manfaat, Dosis, hingga Efek Sampingnya