Antisipasi Komplikasi, Ini Bahaya Penyakit Tuberkulosis dan Cara Obatinya
Tidak ada yang tahu kapan penyakit atau masalah kesehatan bisa datang menyerang seseorang. Terlebih, ada banyak jenis penyakit menular yang dapat dengan mudah berpindah inang dari satu orang ke orang lain. Salah satunya adalah penyakit tuberkulosis atau biasa disingkat TBC.
Tuberkulosis adalah penyakit yang ditularkan melalui infeksi bakteri dan biasanya menyerang organ paru-paru. Tapi, banyak yang belum tahu jika infeksi bakteri tersebut juga bisa menyerang bagian tubuh lain, seperti tulang belakang, ginjal, hingga otak. Tak boleh diremehkan, TBC termasuk sebagai salah satu penyakit mematikan dengan data dari WHO terdapat 1,5 juta orang yang meninggal karena penyakit tersebut pada tahun 2020.
Apalagi Indonesia termasuk sebagai negara urutan kedua pengidap tuberkulosis paling banyak di dunia. Nah, untuk mengetahui selengkapnya tentang apa itu tuberkulosis, termasuk penyebab, gejala, cara diagnosis, pengobatan, serta risiko komplikasinya, simak penjelasan berikut ini.
Pengertian Tuberkulosis
TBC
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengertian tuberkulosis atau TBC, bisa juga disebut TB, adalah jenis penyakit menular yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab tuberkulosis bernama Mycobacterium tuberculosis dan umumnya menyerang organ paru-paru, meski bisa juga menginfeksi bagian tubuh lain, semisal tulang belakang, ginjal, dan otak.
Termasuk sebagai penyakit yang bisa berakibat fatal pada penderitanya, penanganan tuberkulosis tentu tidak boleh dianggap remeh dan harus segera dilakukan. Tapi, penyakit ini pada dasarnya bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan penularannya pun bisa dicegah.
Penyebab Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis bisa menyebar saat percikan ludah atau droplet dari penderita TBC dihirup orang lain. Percikan droplet tersebut bisa terjadi saat penderita batuk, bersin, berbicara, tertawa, maupun bernyanyi.
Walaupun begitu, penularan bakteri penyebab TBC ini membutuhkan kontak cukup dekat serta lama dengan penderitanya, sehingga tidak secepat penularan flu atau pilek. Karenanya, penularan penyakit ini sering kali terjadi kepada keluarga atau orang yang tinggal satu rumah dengan penderita. Namun, jika penderita tak menunjukkan gejala atau hanya menderita TBC laten, penyakit tidak akan menular dan hanya tinggal dalam tubuh saja.
Gejala Tuberkulosis
Untuk gejala tuberkulosis sendiri cenderung tidak terlihat, bahkan tak menunjukkan gejala bagi penderita TBC laten atau ringan. Biasanya, penderita TBC baru menyadari penyakitnya setelah melakukan pemeriksaan kesehatan pada penyakit lain.
Namun, untuk penderita tuberkulosis aktif, beberapa gejala yang muncul biasanya sebagai berikut.
- Batuk selama lebih dari 3 minggu.
- Batuk disertai dahak ataupun batuk darah.
- Nyeri di dada ketika bernapas ataupun batuk.
- Berkeringat saat malam hari.
- Nafsu makan berkurang.
- Berat badan menurun.
- Menggigil dan demam.
- Mudah lelah.
Pada kondisi tertentu, infeksi tuberkulosis juga bisa menyerang organ lain, seperti otak, tulang belakang, dan ginjal. Umumnya kondisi tersebut terjadi pada seseorang yang mengidap masalah kekebalan tubuh, seperti penderita AIDS. Jika penyakit TBC terjadi di luar organ paru-paru, gejala yang timbul biasanya adalah sebagai berikut.
- Kelenjar getah bening membengkak pada penderita TBC kelenjar.
- Kencing disertai darah pada penderita TBC ginjal.
- Nyeri punggung untuk penderita TBC tulang belakang.
- Sakit kepala hingga kejang jika terserang TBC otak.
- Sakit perut yang hebat pada penderita TBC usus.
Di samping itu, TBC juga bisa terjadi pada anak dengan gejala yang lebih sulit untuk dikenali. Hal ini dikarenakan gejala TBC cukup umum dan sering kali dianggap gejala penyakit flu biasa. Untuk lebih jelasnya, berikut gejala TBC pada anak yang bisa dicermati.
- Batuk terus-menerus selama 2 minggu atau lebih.
- Penurunan berat badan selama 2 bulan ataupun mengalami gagal tumbuh.
- Kelenjar getah bening membengkak atau limfadenopati.
- Demam selama 2 minggu atau lebih secara terus-menerus.
- Anak terlihat lemas atau malaise, serta kurang aktif.
- Gejala terus muncul dan tak membaik meskipun sudah diberi nutrisi atau antibiotik.
Diagnosis Penderita Tuberkulosis
Dalam diagnosis tuberkulosis, dokter akan memulainya dengan wawancara medis dan menanyakan keluhan pasien serta penyakit yang pernah diderita. Kemudian, dokter akan menjalankan cek fisik, khususnya saat pasien bernapas di bagian paru-paru memakai stetoskop.
Ketika diduga mengidap TBC, maka pasien akan diminta melakukan pemeriksaan dahak atau BTA. Apabila dokter memerlukan hasil lebih spesifik, maka pasien akan diminta untuk melakukan tes kultur BTA.
Secara umum, dokter biasanya bisa mengetahui hasil diagnosis tuberkulosis melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, tes kultur BTA, dan foto Rontgen. Tapi, jika dari proses diagnosis tersebut belum bisa diketahui penyakitnya, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan tuberkulosis lain untuk memastikan kondisinya, antara lain:
- Tuberculin skin test atau tes kulit Mantoux.
- Tes darah IGRA atau interferon gamma release assay.
- Bronkoskopi.
- CT scan.
Metode Pengobatan Tuberkulosis
Untuk mengobati pasien tuberkulosis, ada beberapa metode yang bisa dilakukan. Salah satu yang paling umum adalah rutin meminum obat dalam jangka waktu sesuai anjuran dokter. Jika penggunaan obat dihentikan sebelum batas waktu yang dianjurkan dokter, risiko bakteri tuberkulosis kebal terhadap obat akan menjadi lebih tinggi dan bisa menyulitkan proses pengobatan.
Untuk obat tuberkulosis sendiri biasanya adalah kombinasi 2 atau 4 obat berikut.
- Ethambutol.
- Isoniazid.
- Rifampicin.
- Pyrazinamide.
Kombinasi obat tersebut harus diminum selama 6 sampai 9 bulan secara rutin sesuai anjuran dokter. Selama pada proses pengobatan, ada beberapa efek samping yang mungkin dialami oleh pasien, antara lain:
- Urine berubah warna menjadi kemerahan.
- Penurunan efektivitas dari KB suntik, pil, ataupun susuk.
- Penglihatan terganggu.
- Gangguan saraf.
- Fungsi hati terganggu.
Risiko Komplikasi Tuberkulosis
Jika terlambat ditangani dan kondisinya sudah terlalu parah, tuberkulosis bisa memicu beberapa risiko komplikasi, antara lain:
- Kerusakan paru-paru secara permanen.
- Penyebaran infeksi tuberkulosis pada organ lain.
- Kematian.
Untuk menghindari risiko komplikasi tersebut, penyakit tuberkulosis harus segera ditangani dengan cara dan metode pengobatan yang tepat sesuai anjuran dokter.
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
Meski mudah ditularkan, ada beberapa cara pencegahan penyakit tuberkulosis, yaitu:
-
Vaksinasi BCG
Pencegahan tuberkulosis di Indonesia dilakukan dengan pemberian vaksin BCG atau Bacillus Calmette-Guerin. Vaksin BCG termasuk pada daftar imunisasi wajib serta diberikan pada bayi sebelum umur 2 bulan.
-
Penggunaan Masker
Pencegahan tuberkulosis juga bisa dilakukan dengan menggunakan masker ketika berada di tempat publik, maupun saat berinteraksi dengan pasien TBC. Perlu dipahami jika penggunaan masker juga wajib ketika berinteraksi dengan pasien TBC pada ruangan tertutup karena sirkulasi udaranya buruk dan bisa meningkatkan risiko penularan.
Bagi penderita, mencegah penularan penyakit tuberkulosis bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Tutupi mulut ketika batuk, bersin, ataupun tertawa.
- Langsung buang tisu setelah digunakan untuk membersihkan mulut.
- Jangan sembarangan membuang dahak ataupun meludah.
- Usahakan rumah mempunyai sirkulasi udara lancar.
- Hindari tidur sekamar bersama orang lain hingga dokter menyatakan tuberkulosis sudah sampai di tahap tak menular.
Tepat Tangani Penyakit Tuberkulosis agar Penyembuhannya Optimal
Sebagai penyakit menular, tuberkulosis perlu ditangani dengan tepat agar bisa meminimalkan risiko penularan dan mampu mengoptimalkan proses pengobatannya. Dengan diagnosis dini, penyakit ini bisa disembuhkan dengan lebih cepat dan menghindari risiko komplikasi berbahaya, seperti kerusakan paru-paru hingga kematian.