Panduan Pahami Bull Market dan Tips Memaksimalkannya saat Investasi
Bagi investor yang telah lama menggeluti dunia investasi, kamu pasti menyadari jika siklus ekonomi pasti silih berganti. Ada kalanya harga akan terus menurun selama kurun waktu tertentu, tapi ada pula momen harga efek terus melonjak dan bertumbuh. Nah, jika harga efek mayoritas meningkat dengan menjanjikan untuk waktu yang lama, kondisi tersebut biasa dikenal dengan sebutan bull market.
Pada dasarnya, bull market adalah sebutan untuk kondisi pasar keuangan di mana harga efeknya terus meningkat atau diperkirakan akan naik. Tentunya, ada beberapa tanda yang bisa dicermati oleh investor untuk mengetahui potensi terjadinya bull market ini agar bisa mengambil langkah untuk memaksimalkan keuntungan.
Nah, jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang apa itu bull market, termasuk fase, penyebab, karakteristik, dan cara menyiasatinya, simak panduan lengkapnya sebagai berikut.
Pengertian Bull Market
Bull market adalah salah satu tren pasar yang sering kali terjadi di dunia saham atau jenis aset lain. Tren tersebut muncul dengan tanda tingkat permintaan yang lebih tinggi dibanding tingkat penawaran. Hal tersebut memicu kenaikan harga saham secara terus-menerus selama periode tertentu.
Biasanya, tren kenaikan harga ini terjadi karena investor optimis dan percaya pada pertumbuhan pasar hingga lebih aktif menanamkan modalnya. Di tren tersebut, harga efek bisa terus mengalami kenaikan nilai, bahkan mampu mencapai nilai tertinggi sepanjang masa atau all time high.
Meski menjanjikan keuntungan, tapi sulit bagi investor untuk bisa memprediksi jangka waktu dan harga tertinggi tercapai ketika fenomena bull market terjadi. Namun, berdasarkan data historis, kondisi bull market bisa terjadi cukup lama, hingga beberapa bulan atau bahkan tahunan.
Pada tren tersebut, indeks fear & greed menunjukkan angka yang tinggi dengan tanda optimisme investor yang memunculkan extreme greed saat berinvestasi. Potensi mendulang cuan dari tren pasar ini juga menjadi sangat menjanjikan dan sebisa mungkin dimaksimalkan oleh investor maupun trader. Yang penting, pahami jika tren ini pasti memiliki batas dan sewaktu-waktu bisa mengalami bounce back yang memicu tren penurunan harga atau bear market.
Fase Terjadinya Bull Market
Tren bull market biasanya melalui 4 fase, yaitu ekspansi, puncak, kontraksi, dan palung atau through. Berikut adalah penjelasannya.
Jenis Fase | Keterangan |
Fase Ekspansi | Fase pertama ini ditandai dengan adanya perkembangan ekonomi yang menjanjikan. Hal tersebut membuat sentimen investor terhadap kondisi ekonomi di masa depan positif dan memicu kenaikan tingkat perdagangan saham. Di fase ini pula biasanya pertumbuhan GDP atau gross domestic product terlihat menjanjikan dan membuat geliat pasar saham di mata investor menarik. |
Fase Puncak | Berlanjut ke fase kedua atau fase puncak, di mana kenaikan harga saham telah mencapai titik tertingginya. Meski mungkin minat investor untuk menanam modal masih ada, tapi tingkat permintaannya tidak setinggi fase sebelumnya. Fase ini sulit diprediksi kapan terjadi dan menjadi tanda harga saham berada di tingkat puncaknya. |
Fase Kontraksi | Di fase ketiga atau kontraksi, harga saham yang telah mencapai titik tertingginya mulai melandai. Fase ini biasanya terjadi tanpa ada tanda harga akan kembali menaik dan merupakan indikasi terjadinya pembalikan ke tren penurunan bear market. |
Fase Palung | Fase terakhir ini biasa disebut fase through, dimana harga mengalami penurunan. Fase ini kerap diikuti dengan berbagai masalah ekonomi dan sikap pesimis di antara para pemilik modal, seperti resesi dan tingkat pengangguran yang tinggi. |
Hal yang Memicu Terjadinya Bull Market
Secara umum, bull market terjadi ketika kondisi ekonomi tengah menguat atau memang sudah matang. Menjadi siklus yang pasti terjadi di pasar aset, tren bull market bisa dipicu karena sejumlah faktor, seperti tingkat GDP yang meningkat dan penurunan angka pengangguran.
Selain itu, kepercayaan diri investor terhadap dunia investasi dan ekonomi juga bisa menjadi pemicu terjadinya periode bull market. Sebab, kondisi tersebut akan mendorong tingkat permintaan saham, dan mengoptimalkan situasi di pasar modal. Bahkan, aktivitas IPO di tren pasar ini juga lebih mungkin terjadi karena perusahaan juga tidak mau melewatkan geliat investor yang tengah tinggi untuk menjual sahamnya pertama kali.
Karakteristik Bull Market
Selama tren bull market, ada beberapa karakteristik yang bisa diamati oleh investor dan menjadi tanda jika kondisi tren tersebut memang sedang terjadi. Secara umum, berikut adalah karakteristik dari bull market.
- Tingkat permintaan tinggi sementara tingkat suplai rendah
- Tingkat GDP ekonomi sedang tinggi.
- Menguatkan kondisi ekonomi dan meningkatkan volume perdagangan saham.
- Tingkat percaya diri investor tinggi
- Adanya prinsip investasi “Jual di Harga Tinggi”
- Mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi
- Tingkat pengangguran rendah dan menurun
Tapi, pahami jika kondisi bull market tidak terjadi tiba-tiba dan perlu melalui beberapa fase serta pertanda terlebih dulu. Jadi, bukan tidak mungkin karakteristiknya di atas tak langsung muncul secara bersamaan untuk menunjukkan siklus pasar bull ini sedang terjadi. Pun kriteria tersebut juga bisa saja baru terlihat melalui analisis grafik harga dan analisis teknikal tertentu.
Cara Tepat Memanfaatkan Bull Market
Ketika sudah mengidentifikasi dan mengetahui tren bull market sedang terjadi, kamu harus bisa menentukan langkah investasi yang tepat untuk memaksimalkan potensinya. Karena harga aset sedang bergerak naik, kondisi pasar bull menjadi kesempatan emas untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin. Agar hal tersebut bisa terwujud, lakukan beberapa cara berikut ini.
1. Melakukan Likuidasi dan Merealisasikan Keuntungan Investasi
Tren bull market menjadi waktu sempurna untuk melakukan likuidasi dan merealisasikan keuntungan investasi dari aset yang selama ini kamu simpan. Tapi, ada baiknya untuk melikuidasi aset secara bertahap guna mengantisipasi potensi kenaikan harga yang terus terjadi dan memaksimalkan keuntungan.
2. Aktif Lakukan Trading dan Menambah Modal Investasi
Setiap investor berpengalaman pasti memahami jika tren bull market memberi kesempatan emas untuk meraih imbal hasil lebih maksimal di waktu mendatang. Karenanya, buy and hold atau menambah modal investasi di kondisi ini bisa menjadi opsi terbaik untuk dilakukan. Dengan begitu, ketika terlihat fase kontraksi akan terjadi, investor bisa mulai melepas asetnya dan meraih keuntungan dengan lebih optimal.
3. Menjalankan Strategi Full Swing Trading
Strategi lain untuk menghadapi tren pasar bull adalah full swing trading. Bagaimana maksudnya? Secara sederhana, strategi ini merupakan langkah agresif untuk memaksimalkan peluang bull market.
Investor yang menggunakan strategi ini akan melakukan aktivitas trading secara aktif, termasuk melakukan short selling dan teknik perdagangan lainnya. Tujuannya tentu saja untuk memaksimalkan imbal hasil dari terjadinya tren kenaikan harga pasar tersebut.
4. Manfaatkan Momen Retracement
Bagi yang belum tahu, retracement adalah periode singkat yang biasa terjadi saat bull market di mana harga sekuritas sekilas menurun. Ya, penurunan harga bisa saja terjadi di kondisi pasar bull, tapi momen ini umumnya hanya berlangsung sebentar dan akan kembali naik. Mengetahui hal tersebut, kamu bisa memanfaatkan momen retracement ini untuk membeli aset yang harganya berpotensi meningkat di waktu mendatang dan meraih untung lebih banyak.
Jangan Lewatkan Momen Bull Market dengan Memahami Karakteristik dan Tandanya
Itulah penjelasan tentang bull market yang menjadi momen di mana harga saham secara umum terus melonjak dan memunculkan sikap optimis di kalangan investor. Dengan potensinya yang begitu menjanjikan, tentunya kamu selaku investor tak boleh melewatkan momen ini. Jadi, pastikan untuk memahami karakteristik dan tandanya agar mampu memaksimalkan peluang imbal hasil dari tren kenaikan harga pasar ini, ya!