Acetylcysteine: Deskripsi Obat, Dosis, Cara Penggunaan, serta Efek Sampingnya
Beberapa jenis penyakit, seperti asma, PPOK, atau cystic fibrosis diketahui mampu menimbulkan dahak yang bisa terasa mengganggu pada penderitanya. Dalam kondisi tertentu, dahak tersebut bisa menyebabkan batuk dan perlu diencerkan agar lebih mudah untuk dikeluarkan.
Salah satu jenis obat yang memiliki khasiat tersebut adalah asetilsistein atau bisa juga disebut dengan acetylcysteine. Tidak hanya berguna mengencerkan dahak yang timbul akibat sejumlah masalah kesehatan, jenis obat ini juga ampuh mengobati masalah keracunan parasetamol.
Sebagai obat dengan golongan obat resep, penggunaannya haruslah sesuai dengan ketentuan dan aturan pakai yang tepat agar tak menimbulkan efek samping berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, bagi kamu yang berencana untuk mengonsumsi obat ini dan mendapatkan manfaatnya secara optimal, simak deskripsi obat, dosis, cara penggunaan, serta efek samping acetylcysteine berikut ini.
Baca juga: Ambroxol, Obat yang Ampuh Encerkan dan Keluarkan Dahak
Apa Itu Acetylcysteine?
Obat Acetylcysteine
Asetilsistein atau bisa juga disebut dengan acetylcysteine adalah jenis obat yang berguna untuk mengatasi masalah dahak yang terjadi akibat beberapa kondisi kesehatan, seperti asma, PPOK, dan cystic fibrosis, dengan cara mengencerkannya. Tidak hanya itu, obat ini berkhasiat pula untuk mengobati gejala yang ditimbulkan akibat keracunan parasetamol.
Sebagai pereda batuk, fungsi obat ini berperan sebagai pengencer dahak atau mukolitik yang membuat dahak dapat dikeluarkan dengan lebih mudah saat batuk. Namun, perlu dipahami jika fungsi obat ini tak cocok dikonsumsi oleh penderita batuk kering.
Deskripsi Obat Acetylcysteine
Acetylcysteine Tablet
Acetylcysteine adalah obat dengan golongan obat resep dan termasuk ke dalam kategori obat pengencer dahak atau mukolitik. Obat tersebut memiliki manfaat untuk mengencerkan dahak serta mengatasi keracunan akibat paracetamol. Selain itu, obat ini dapat dikonsumsi oleh pasien dewasa maupun anak.
Obat ini termasuk sebagai obat dari kategori B, yaitu tak memperlihatkan risiko masalah kesehatan pada janin, walaupun kebenarannya masih perlu dibuktikan lebih lanjut. Hal serupa juga berlaku terhadap kemungkinan obat ini terserap pada ASI dan hanya boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui setelah melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Ada beberapa bentuk dari obat jenis ini, seperti kapsul, tablet effervescent, sirop kering, suntik, granul, serta larutan inhalasi atau hirup. Sejumlah merek dagang dari obat ini, antara lain Acetylcysteine, Acetin 600, Benutrion Ve, L-Acys, Fluimucil, Memucil 600, Nytex, Resfar, Pectocil, dan Siran Forte.
Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Gunakan Acetylcysteine
Penggunaan dari obat ini harus dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter dan disertai dengan resep dokter. Hal ini disebabkan ada beberapa peringatan penting yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini, antara lain sebagai berikut.
- Jangan mengonsumsi obat ini jika memiliki alergi terhadap jenis obat ini. Pastikan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter terkait riwayat alergi baik yang sedang atau pernah diderita.
- Informasikan pula pada dokter jika pernah menderita asma, penyakit ginjal, sakit maag, hipertensi, varises esofagus, tukak lambung, gagal jantung, maupun tengah menjalani program diet rendah garam.
- Informasikan juga jika sedang menggunakan obat, produk herbal, atau suplemen tertentu.
- Informasikan pada dokter jika tengah hamil, menyusui, maupun sedang merencanakan program kehamilan.
- Segera periksakan diri ke dokter apabila muncul gejala alergi obat, overdosis, maupun efek samping serius pasca mengonsumsi acetylcysteine.
Aturan Pakai dan Dosis Acetylcysteine
Sebagai obat resep, aturan pakai dan dosisnya harus disesuaikan dengan anjuran dokter setelah melakukan beberapa pemeriksaan terhadap kondisi medis pasien. Berdasarkan bentuk obat, pembagian dosis penggunaan obat adalah sebagai berikut.
-
Bentuk sirop kering, kapsul, granul, dan tablet effervescent
Jika digunakan untuk mengencerkan dahak, pada orang dewasa, obat ini dikonsumsi sebanyak 3 kali per hari dengan jumlah 200 mg, atau untuk bentuk effervescent bisa diminum sekali dengan jumlah 600 mg. Sementara untuk anak usia di atas 6 tahun, obat ini diminum 2 hingga 3 kali sehari dengan jumlah 200 mg, dan 2 sampai 4 kali dengan jumlah 100 mg untuk anak usia 2 sampai 6 tahun.
Untuk mengatasi keracunan paracetamol, dosis penggunaan obat ini untuk orang dewasa adalah 140 mg per kgBB sebagai dosis awalnya, dan dilanjutkan dengan 17 kali dosis lanjutan sejumlah 70 mg per kgBB. Pemberian obat ini dilakukan setiap 4 jam dan hanya menggunakan acetylcysteine tablet effervescent.
-
Bentuk Larutan Inhalasi
Berguna untuk mengencerkan dahak, dosis obat ini pada orang dewasa adalah larutan 10% sebanyak 6 hingga 10 ml, dan digunakan 3 sampai 4 kali per hari. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 2 hingga 20 ml dan digunakan setiap 2 sampai 6 jam tergantung kebutuhan. Untuk larutan 20%, dosis obat ini adalah 3 sampai 5 ml serta digunakan sebanyak 3 hingga 4 kali per hari dan bisa ditambah menjadi 1 sampai 10 ml per 2 hingga 6 jam ataupun menyesuaikan kebutuhan.
Selain itu, untuk jenis yang berbentuk suntik, penggunaannya hanya boleh dilakukan oleh petugas medis yang diawasi dokter atau langsung diberikan oleh dokter. Tujuannya tidak lain agar penggunaan obat tersebut lebih tepat dan tak berisiko menyebabkan efek samping yang bisa membahayakan pasien.
Cara Tepat Mengonsumsi Acetylcysteine
Cara Minum Acetylcysteine
Selalu ikuti saran dokter serta aturan pakai obat yang tercantum pada kemasan. Jangan pernah mengurangi atau menambah dosis acetylcysteine tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dulu. Acetylcysteine dapat dikonsumsi bersama makanan maupun setelah makan dan langsung minum acetylcysteine tablet menggunakan air putih tanpa dihancurkan atau dikunyah terlebih dulu.
Untuk bentuk granul, larutkan dulu 1 sachet obat dengan air putih sesuai takaran dan aduk secara merata sebelum meminumnya. Sedangkan untuk bentuk tablet effervescent, larutkan dulu obat tersebut dengan segelas air baru kemudian dikonsumsi. Agar tak berisiko menimbulkan efek samping, obat tersebut harus diminum 2 jam pasca dilarutkan.
Untuk acetylcysteine syrup, kocok dulu botol obat sebelum digunakan. Larutkan lebih dulu isi dari botol sirop yang kering dengan air putih sesuai takaran yang terdapat pada petunjuk, dan aduk hingga merata.
Upayakan untuk mengonsumsi obat ini di jam yang sama tiap hari guna mengoptimalkan manfaatnya. Jika terlupa, segera konsumsi obat apabila jadwal berikutnya masih lama. Jika jadwal minum selanjutnya sudah dekat, konsumsi obat di jadwal selanjutnya tanpa menggandakan dosis.
Pada jenis larutan inhalasi, cara pemakaiannya adalah dihirup melalui mulut memakai alat nebulizer. Sedangkan untuk jenis suntik, penggunaannya hanya boleh dilakukan oleh dokter maupun petugas medis dengan menyesuaikan kondisi pasien.
Jika digunakan untuk mengatasi keracunan parasetamol, pemberian obat ini harus dilakukan di rumah sakit serta diawasi oleh dokter. Alasannya karena pasien memerlukan pemantauan serta pemeriksaan ketat terkait kadar parasetamol di dalam darah, tes darah secara berkala, dan uji fungsi organ hati.
Interaksi Acetylcysteine saat Digunakan Bersama Obat Lain
Terdapat beberapa interaksi yang bisa ditimbulkan saat mengonsumsi acetylcysteine bersama dengan obat jenis lain, berikut di antaranya.
- Meningkatkan risiko penumpukan dahak saat digunakan bersama obat antitusif.
- Menurunkan efektivitas dari acetylcysteine saat digunakan bersama arang aktif.
- Meningkatkan efek nitrogliserin untuk melebarkan pembuluh darah atau vasodilator.
- Menurunkan efektivitas dari obat antibiotik.
Efek Samping yang Perlu Diwaspadai dari Penggunaan Acetylcysteine
Efek Samping Acetylcysteine
Selain itu, ada pula beragam efek samping serta bahaya yang mungkin muncul pasca menggunakan obat ini, seperti mual, muntah, pilek, sakit perut, demam, dan sariawan. Apabila efek samping tersebut tak kunjung mereda, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan pada dokter.
Jika timbul reaksi alergi dan efek samping lebih serius, seperti muntah atau batuk berdarah, nyeri pada dada dan sulit bernapas, nyeri atau sakit pada perut di bagian atas, muntah berkepanjangan, dan nafsu makan menghilang, segera lakukan pemeriksaan medis di rumah sakit. Hal serupa juga perlu dilakukan saat warna urine menjadi gelap dan mengalami penyakit kuning.
Harga Acetylcysteine
Untuk kisaran harga acetylcysteine sendiri adalah Rp100.000 - Rp150.000 dengan isi 100 kapsul, tergantung dari mereknya. Jadi, dengan harga yang terbilang terjangkau tersebut, kamu bisa mendapatkan obat untuk mengatasi masalah dahak yang susah keluar pada kondisi asma, PPOK, maupun cystic fibrosis, serta keracunan parasetamol.
Baca juga: Obat Batuk Berdahak Alami yang Mudah Ditemukan
Pastikan untuk Mengikuti Resep dan Anjuran Dokter saat Mengonsumsi Acetylcysteine
Menjadi obat yang bermanfaat untuk mengencerkan dahak serta mengatasi keracunan parasetamol, acetylcysteine termasuk sebagai obat resep. Artinya, penggunaan obat tersebut harus dilakukan berdasarkan anjuran dan resep dari dokter. Dengan begitu, manfaatnya bisa didapatkan secara optimal dan meminimalkan efek samping yang mungkin ditimbulkan.