Mengenal Penny Stock, Jenis Saham dengan Harga Receh dan Terjangkau bagi Investor
Ketika mendengar istilah investasi, orang awam mungkin langsung terpikir tentang aktivitas menanam modal yang membutuhkan dana besar untuk bisa memulainya. Namun, tahukah kamu bahwa saat ini ada beragam pilihan atau opsi instrumen investasi dengan ciri khas dan karakteristik yang memudahkan investor?
Salah satu contohnya adalah penny stock, yaitu jenis instrumen investasi saham yang mempunyai nilai receh sehingga lebih mudah dijangkau oleh investor dengan modal terbatas. Tentunya, dibanding dengan produk saham pada umumnya, cara kerja dan aturan terkait penny stock ini sedikit berbeda.
Lantas, seperti apa sih cara investasi di jenis saham receh atau penny stock ini? Nah, jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang apa itu penny stock, karakteristik, hingga tips membelinya agar meraih untung optimal, simak penjelasannya berikut ini.
Baca juga: Mengenal Mekanisme Over the Counter pada Investasi Saham, Ini Pengertian, Jenis, dan Fungsinya
Pengertian Penny Stock
Penny Stock
Pada dasarnya, penny stock bisa diartikan sebagai kelompok saham dari perusahaan terbuka kecil yang ditransaksikan dengan nilai sekitar 50 rupiah per lembar sahamnya. Jenis saham ini umumnya tersedia dan hanya dapat dibeli pada pasar negosiasi.
Karena harganya tersebut, tidak sedikit investor yang menyebut saham jenis ini sebagai Saham Gocap. Namun, perlu dipahami jika tidak semua penny stock bisa dianggap sebagai saham gorengan yang amat berisiko untuk dijadikan pilihan saat menanam modal. Pasalnya, beberapa saham pada indeks ternama sekalipun mempunyai harga yang sangat rendah dan bisa digolongkan sebagai saham receh.
Definisi lainnya dari penny stock adalah saham yang memiliki harga terendah dalam bursa. Untuk konteks bursa Amerika Serikat, saham yang termasuk pada kategori penny stock adalah yang memiliki harga kurang dari 5 USD per sahamnya, atau sekitar 70 ribu sampai 100 ribu rupiah saja. Biasanya, jenis saham ini mempunyai kapitalisasi pasar yang amat kecil dan harga sahamnya cenderung stagnan, tidak bergerak, atau bisa disebut “tidur”.
Jadi, secara umum, istilah penny stock bisa diartikan sebagai jenis saham yang nilainya lebih rendah atau setara 50 rupiah per saham alias saham gocap. Saham dengan harga rendah tersebut juga biasanya tak mengalami fluktuasi nilai sehingga tidak jarang dijuluki sebagai saham tidur.
Mengapa harga saham sebuah perusahaan bisa mencapai nilai yang amat kecil? Pada dasarnya, terdapat sejumlah penyebab atau pemicu kenapa sebuah saham harganya merosot hingga stagnan di angka 50 rupiah per sahamnya. Tapi, utamanya, hal tersebut terjadi karena perusahaan yang bersangkutan memiliki kondisi fundamental yang anjlok secara terus-menerus dan berdampak buruk terhadap nilai sahamnya hingga berada di level paling rendah.
Baca juga: Trading Saham: Definisi, Cara Kerja, dan Tips Sukses jadi Trader
Karakteristik Saham Jenis Penny Stock
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat sejumlah karakteristik dari saham yang termasuk sebagai kategori penny stock. Berikut adalah ciri atau karakteristik jenis saham penny stock.
- Memiliki nilai 50 rupiah per sahamnya atau mendekati nilai tersebut.
- Hanya dapat dibeli pada pasar negosiasi.
- Umumnya memiliki volume transaksi yang tidak stabil, dan cenderung stagnan dalam jangka waktu cukup lama.
Aturan Investasi di Saham Penny Stock
Dengan nilai yang sangat rendah, tidak dapat dipungkiri bahwa investasi di saham jenis penny stock ini lebih berisiko memberi masalah jika tidak cermat dalam menjalaninya. Oleh karena itu, terdapat aturan khusus terkait aktivitas menanam modal pada jenis saham ini.
Salah satunya adalah transaksi atau perdagangan dari jenis saham ini dilakukan pada bursa khusus, yakni saham negosiasi. Selain itu, terkait jumlah lotnya, jumlah lembar saham jenis penny stock ini bisa jadi di atas 100 lembar.
Aturan lainnya, saham jenis ini juga mempunyai perbedaan fraksi nilai atau harga, alias kelipatan untuk penurunan atau kenaikan harga. Di samping itu, terdapat pula fitur auto rejection yang bisa digunakan oleh investor untuk mempermudah aktivitas investasinya.
Baca juga: Tahan Aset Crypto Terlalu Lama Bisa Menjadi Bagholder! Ini Pengertian dan Contohnya
Contoh Saham Jenis Penny Stock
Penny Stock
Secara umum, segala produk saham yang memiliki nilai 50 rupiah per sahamnya tergolong sebagai penny stock. Pada Bursa Efek Indonesia sendiri, kamu tidak akan kesulitan untuk mencari produk saham apa saja yang memiliki nilai rendah tersebut dan termasuk sebagai kategori ini. Pasalnya, baik yang terdapat pada kelompok papan utama maupun papan pengembangan keduanya bisa saja terdiri dari jenis saham penny stock.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa contoh saham jenis penny stock yang bisa ditemui di pasar saham Indonesia.
- Ratu Prabu Energi dengan kode saham ARTI
- Berlian Laju Tanker dengan kode saham BLTA
- Bakrie & Brothers dengan kode saham BNBR
- Darma Henwa dengan kode saham DEWA
Di samping itu, terdapat ratusan produk saham lain yang bisa dikategorikan sebagai penny stock. Tentunya, saham yang saat ini tergolong sebagai penny stock bisa bangkit dan keluar dari kategori tersebut.
Pun sebaliknya, saham yang awalnya termasuk memiliki kinerja bagus, bahkan tergolong blue chip bisa saja nilainya terus merosot dan masuk ke dalam kategori saham gocap ini. Salah satu contohnya adalah saham BUMI yang mana pada tahun 2008 termasuk sebagai blue chip. Tapi, karena performa fundamentalnya anjlok dan nilai komoditasnya lesu, nilai saham BUMI terus menurun hingga menyentuh angka 50 rupiah per saham, meski sudah kembali bangkit dan keluar dari kategori penny stock.
Risiko Investasi di Saham Penny Stock
Karena harganya yang begitu rendah, keberadaan saham receh atau penny stock tidak jarang menjadi momok tersendiri bagi beberapa investor. Pasalnya, menanamkan modal pada jenis saham ini memiliki risiko untuk berakhir dengan kerugian sebab tersangkut di harga yang rendah dan tak berkembang sama sekali.
Mengetahui hal tersebut, kamu selaku pemilik modal tentu harus waspada dan berhati-hati ketika berniat untuk membeli jenis saham ini. Selain berisiko nilainya tidak bertumbuh seiring waktu dan berakhir “nyangkut”, tidak sedikit saham jenis penny stock ini merupakan saham gorengan.
Artinya, terdapat peluang 50-50 apakah ada saham yang bagus atau tidak ketika memilih penny stock. Bisa saja saham yang belum banyak dilihat oleh investor kebanyakan mempunyai potensi yang menjanjikan untuk dijadikan sebagai sarana investasi jangka panjang. Di sisi lain, saham jenis ini juga tidak sedikit dimanipulasi dan termasuk sebagai saham gorengan yang terlalu berisiko untuk dijadikan sarana investasi.
Terkait hal tersebut, investor mungkin tidak bisa sepenuhnya memastikan apakah suatu saham jenis penny stock aman untuk dibeli atau tidak. Di satu sisi bisa jadi saham tersebut termasuk sebagai saham gorengan. Tapi di sisi lain, tidak sedikit penny stock yang berhasil bangkit dan meroketkan nilainya hingga ratusan atau ribuan persen, bahkan termasuk pada kategori blue chip atau unggulan.
Baca juga: Jangan Takut Investasi, Simak 7 Cara Main Saham yang Cocok untuk Investor Pemula
Tips Membeli Saham Penny Stock dengan Bijak
Membeli saham penny stock
Meski memiliki risiko, tapi tidak sedikit investor yang berhasil meraih keuntungan melimpah dari menanam modal di saham penny stock. Sebab, asal jeli dalam melihat dan menganalisis saham jenis ini, tidak sedikit di antara investor yang berhasil mendulang imbal hasil besar dalam jangka panjang.
Dengan komposisi mencapai 72 persen dari seluruh saham yang tercatat di bursa, tentu tidak mudah untuk bisa mengetahui mana saham penny stock yang layak dibeli. Misalnya, beberapa saham pada indeks LQ45 memiliki harga di bawah 1000 atau 700 rupiah yang oleh sebagian pihak layak dikelompokkan sebagai value stock.
Saham receh pada indeks tersebut tentu tidak layak untuk dianggap sebagai saham gorengan. Oleh karena itu, agar bisa membeli saham jenis ini yang menjanjikan, hal tersebut kembali lagi ke kemampuan analisis dan kelihaiannya dalam menentukan pilihan.
Utamanya, hindari membeli saham receh yang sama sekali tak memiliki volume transaksi dan dianggap sebagai saham tidur. Selain itu, jangan membeli saham dari perusahaan yang bermasalah terkait pengelolaan aset maupun dana pensiun. Pasalnya, dengan track record tersebut, risiko saham tak berkembang dan malah terkena suspend akan menjadi lebih tinggi.
Baca juga: Rekomendasi 30 Saham Murah Bagus untuk Investasi
Peluang Tinggi Investasi di Penny Stock Sebanding dengan Risikonya
Itulah penjelasan tentang apa itu penny stock, karakteristik, hingga risiko dan tips membelinya dengan bijak. Intinya, penny stock adalah jenis saham yang memiliki harga receh, atau jika di bursa Indonesia setara atau mendekati angka 50 rupiah per saham. Walaupun mampu memberi peluang imbal hasil yang tinggi saat tepat memilihnya, investasi di saham penny stock juga memiliki risiko tak kalah besar yang perlu disiasati oleh investor.