Mulai dari Pengertian dan Fasenya, Ini Panduan Pahami Bear Market di Dunia Investasi
Di dunia investasi, khususnya saham, dikenal suatu pola yang menentukan trend kenaikan atau penurunan harga di waktu-waktu tertentu. Bagi trader atau investor, tanda atau indikasi munculnya tren tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dipahami. Pasalnya, mereka jadi lebih tahu kemungkinan pergerakan harga di waktu mendatang dan mengambil keputusan investasi yang tepat.
Nah, salah satu tren pergerakan harga di pasar saham ini dikenal dengan sebutan bear market di mana mayoritas harga efek mengalami penurunan secara signifikan. Dalam kondisi tersebut, investor tentu perlu menentukan langkah investasi khusus agar mampu memaksimalkan potensi dan meminimalkan risikonya.
Agar lebih memahami tentang apa itu bear market, termasuk fase, penyebab, karakteristik, dan cara menyiasatinya, Cermati telah merangkum di panduannya berikut ini.
Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!
Apa Itu Bear Market?
Bear market adalah sebutan untuk salah satu tren pergerakan harga yang biasa terjadi di pasar saham dan beberapa jenis aset lainnya. Istilah ini disebut untuk menjelaskan kondisi di mana tingkat penawaran lebih besar dibanding tingkat permintaan yang membuat harga mayoritas emiten atau efek menurun.
Saat kondisi tersebut terjadi, investor umumnya akan merasa pesimis melihat prospek pasar saham. Sehingga, mereka cenderung menjual dan mencairkan asetnya guna mengantisipasi risiko terjadinya penurunan harga lebih lanjut.
Bear market umumnya ditandai dengan beberapa indikasi yang bisa dicermati oleh para investor, seperti penurunan harga sekuritas lebih dari 20 persen dari harga sebelumnya. Meski begitu, sulit bagi investor untuk bisa memprediksi lama waktu kondisi bear market bakal berlangsung dan mengetahui kapan batas harga terendah serta momen bounce back akan terjadi.
Untuk investor pemula, kondisi pasar ini bisa sangat berisiko. Kesalahan mengambil keputusan bisa membuat mereka mengalami kerugian yang besar, khususnya ketika membeli aset yang memiliki fundamental lemah.
Pada indeks fear & greed, situasi bear market kerap diikuti nilai rendah dan menunjukkan ketakutan ekstrem di antara para pemilik modal. Di samping itu, bear market juga kerap dibarengi dengan penurunan kondisi ekonomi secara umum, seperti resesi dan sebagainya sehingga langkah investasi yang tepat perlu diambil.
Fase Terjadinya Bear Market
Situasi bear market biasanya terjadi melalui 4 fase berikut ini.
- Fase pertama adalah munculnya tanda kenaikan harga dan meningkatnya sentimen investor. Menuju penghujung fase ini, investor mulai keluar dari market dan mencairkan modal investasinya untuk mendapatkan imbal hasil.
- Di fase kedua, harga saham mulai merosot cukup tajam, aktivitas transaksi dan keuntungan korporasi menurun, serta indikasi ekonomi yang awalnya positif menjadi lebih lemah dibanding reratanya. Tidak sedikit investor yang merasa panik di fase ini dan mulai menarik modal investasinya hingga memicu kondisi kapitulasi.
- Di fase yang ketiga, para spekulator mulai memasuki pasar dan menaikkan harga serta volume perdagangan di pasar saham.
- Di fase keempat, harga saham masih terus menurun meski bergerak dengan lebih lambat. Dengan rendahnya harga saham dan mulai munculnya berita bagus seputar industri serta ekonomi, investor kembali tertarik untuk menanam modal dan membuat bear market berubah menjadi bull market.
Hal yang Memicu Terjadinya Bear Market
Sebenarnya, siklus pasang surut di pasar aset bukanlah hal yang mengherankan. Hal tersebut adalah prinsip dasar di pasar aset dan perlu diingat oleh semua investor saat berinvestasi, khususnya di pasar saham. Siklus kenaikan & penurunan di pasar saham pun bisa berlangsung sangat lama, hingga tahunan dikarenakan sentimen investor serta pasar umumnya telah matang dan stabil.
Tapi, apa hal yang menyebabkan kondisi bear market ini muncul? Jika melihat dari kacamata ekonomi, ada banyak faktor pemicu bear market. Contohnya adalah gejolak di kondisi ekonomi dunia, peperangan, kebijakan moneter, inflasi, resesi, dan hal yang memicu kepanikan finansial lainnya.
Di samping itu, karena termasuk sebagai siklus, ada kalanya dunia investasi akan mengalami bear market dan seiring waktu berganti menjadi bull market, pun sebaliknya. Ada kalanya kenaikan harga yang terus terjadi akan memicu terjadinya fenomena “bursting bubble” di mana harga akan menurun drastis setelah mencapai titik tertingginya. Jadi, dibutuhkan kemampuan, pengalaman, dan pemahaman seputar dunia investasi dan sentimennya untuk mengetahui tentang potensi terjadinya bear market ini di waktu mendatang.
Karakteristik Bear Market
Ada beberapa karakteristik yang bisa memberitahumu apakah pasar saham sedang terjadi bear market atau tidak, antara lain:
- Tingkat permintaan rendah sementara tingkat penawaran tinggi
- Tingkat GDP atau Gross Domestic Product yang rendah
- Kondisi ekonomi yang melemah dan penurunan volume perdagangan.
- Muncul sikap pesimis di antara investor
- Tingkat pembelian efek rendah
- Harga saham cenderung terus menurun
- Tingkat likuiditas rendah
- Biasanya ditandai dengan tingkat pengangguran yang tinggi
Dari sederet karakteristik tersebut, likuiditas dan sentimen investor atau komunitas menjadi 2 hal yang wajib digarisbawahi. Likuiditas menjadi indikator termudah untuk mengetahui tren pasar apakah tergolong bear market atau bull market. Volume perdagangan yang rendah dan investor cenderung menyimpan modalnya di aset rendah risiko menjadi tanda terjadinya bear market.
Sementara di sisi sentimen investor menggambarkan kondisi emosional pemilik modal. Jika terjadi pasar bear, banyak investor akan menjual asetnya sebelum penurunan harga terus terjadi.
Cara Tepat Memanfaatkan Bear Market
Lantas, langkah seperti apa yang sebaiknya diambil untuk menyiasati kondisi bear market ini? Ketika melihat adanya indikasi terjadinya kondisi pasar menurun tersebut, ada beberapa strategi yang bisa kamu lakukan, yaitu:
1. Pindahkan Aset Secepatnya
Sebelum terjadi bear market, usahakan untuk memindahkan modal di aset berisiko tinggi ke aset berisiko lebih rendah. Misalnya, likuidasi aset saham milikmu dan alokasikan ke deposito atau tabungan guna menjamin nilainya tidak terus menurun.
2. Beli Dip saat Harga Turun
Cara lainnya, ketika harga sudah terlihat begitu rendah, beli dip atau aset di harga murah yang terlihat menjanjikan di waktu mendatang. Meski bear market membuat harga banyak aset memburuk, tapi di waktu yang tepat kondisi tersebut bisa menjadi kesempatan untuk membeli efek di harga diskon. Alhasil, potensi keuntungannya lebih menjanjikan ketika harga mulai normal kembali.
3. Tunggu Momentum dan Realisasikan Keuntungan di Bull Market
Sebagai kebalikan dari bear market, bull market adalah kondisi di mana harga mayoritas aset kembali menguat atau istilahnya bounce back. Di kondisi ini, kamu perlu memaksimalkan potensinya dan merealisasikan keuntungan dari aset yang telah dibeli di harga rendah saat pasar bear. Agar optimal, jual aset secara bertahap untuk mengantisipasi potensi terjadinya kenaikan harga yang lebih tinggi lagi.
Kenali Tandanya agar Mampu Siasati Bear Market dengan Tepat
Itulah penjelasan tentang bear market di mana harga pasar mengalami penurunan secara signifikan dan berkepanjangan. Dengan kondisi tersebut, investor akan memiliki sentimen negatif dan lebih pesimis dalam menanam modal. Karenanya, untuk menghindari risiko kerugian dari tren pasar tersebut, pastikan untuk mengenali tanda dan karakteristiknya agar lebih tepat dan cepat menyiasati bear market.